Rebel
Without a Cause: inilah film yang semakin memopulerkan kaos oblong alias
T-shirt, terutama di kalangan kaum muda pada paruh kedua era 1950-an. James
Dean, aktor utama dalam film produksi tahun 1955 itu, mengenakan kaos oblong,
celana blue jeans dan tentu saja jaket merah—jangan lupa pula rambut jambulnya.
T-shirt, jins, dan jaket kulit kemudian menjadi semacam simbol pemberontakan
kaum muda.
Sebelumnya,
Marlon Brando mengagetkan dunia mode dengan kaosnya lewat film A Streetcar Named
Desire tahun 1951. Dalam poster resmi film arahan sutradara Elia Kazan itu
tampak Brando mengenakan T-shirt putih dengan lengan tergulung sehingga
memperlihatkan lengannya yang gempal. Ia tengah memeluk Vivien Leigh, aktris
rekan mainnya dalam film tersebut. Kaos sejak itu menjadi alternatif gaya
berpakaian kaum muda.
Marlon
Brando dan James Dean adalah pemberontak yang menjadikan kaos populer lewat film
layar lebar. Perlu dicatat, mereka saat itu menggunakan kaos polos tanpa
sentuhan grafis sedikit pun.
Kaos
terbukti diterima kaum muda. Buku The T-Shirt: A Collection of 500 Design yang
disusun Luo Lv, Zhang Huiguang menuliskan pada paruh kedua 1960-an, kaos telah
menjadi medium penyampai ekspresi, identitas kelompok, dan protes.
Generasi
Bunga dengan kaum hippies-nya menggunakan kaos ikat-celup sebagai identitas
kaumnya. Model ini menyebar hingga Indonesia sampai ke tingkat kampung-kampung.
Muncullah kaos yang dicelup ke dalam cairan pewarna wantek. Sebelumnya, kaos
diikat dengan senar—seperti teknik jumputan.
Protes
kaum muda pada kebijakan perang Vietnam di akhir 1960-an melancarkan protes
damai dengan kaos ”Make Love Not War” dan ”Give Peace a Chance”. Salah satu
pemakainya adalah John Lennon, penggubah lagu ”Give Peace a Chance”. Simbol
perdamaian, peace, rancangan Gerald Holtom yang berbentuk seperti kemudi mobil
itu tertera di kaos dan dikenakan orang di mana-mana, termasuk Indonesia.
Sejak itu
kaos tak pernah lepas dari kultur kaum muda dan mereka yang berhati muda. Kaos
menjadi penyampai segala bentuk ”ideologi” dari musik, selera, sampai politik.
Ini
merupakan ”evolusi” karena sebelumnya kaos adalah undershirts alias pakaian
dalam yang lewat proses panjang menjadi pakaian luar dan bagian dari pop
culture. Tahun 1913 angkatan laut AS menjadikan T-shirt sebagai pakaian pelapis
resmi. Prajurit yang ditempatkan di daerah berhawa panas sering hanya mengenakan
T-shirt. Sejak saat itu, tepatnya pada tahun 1920, T-shirt masuk entri dalam
kamus Merriam—Webster.
Dinamika
mode tak pernah berhenti. Mereka yang mengingkari putaran mode akan berisiko
menjadi out of date atau penghuni museum.
|